Payakumbuh,Integritasmedia.com - Puncak Pelaksanaan Payakumbuh Botuang Festival (PBF) Tahun 2017
dilaksanakan di Kelurahan Ampangan Kapalo Koto Kenagaraian Aur Kuning
Kecamatan Payakumbuh Selatan, Jumat, (1/12)
Pelaksanaan festival Botuang yang pertama kali dilaksanakan di
Indonesia ini. Dikunjungi 16 negara sudah ambil tiket sebagai peserta
ikut ambil andil di iven botuang ini.
Hadir dalam acara ini Wakil Walikota, Erwin Yunaz, Ketua Komisi V
DPRD Sumbar, Supardi bersama Martias Tanjung Anggota Komisi V DPRD
Sumbar, dan Kepala UPT Taman Budaya, Masuari, Wakil Ketua DPRD Kota
Payakumbuh, Wilman Singkuan, Kepala Disparpora, Elfriza Zaharman, Waka
polres, Edisra, Ketua KONI, Yusra Maiza, Camat, Doni Prayuda, Forkopimda
dan tokoh masyarakat serta insan pers dari nasional dan mancanegara.
Wakil Walikota Erwin Yunaz bersama rombongan setelah disambut dengan
Tari Gelombang, siriah Carano langsung menuju lokasi penanaman perdana
bibit Botuang di kawasan Panorama Ampangan, dan dilanjutkan dengan
menyaksikan Semua hasil kreasi olahan Botuang, seni budaya, seni tari
dan lagu tradisonal minangkabau. Selain itu, pengunjung juga dihibur
oleh grup musik kontemporer dari berbagai grup musik, komunitas seni
yang ada di Indonesia. Para pengunjung juga disuguhi minuman tradisional
Kawa Daun (olahan daun kopi).
Setelah 2 hari sebelumnya warga bersama Panitia Kreatif PBF 2017
telah menggelar Focus Discussion
Group (FGD) terkait kreasi dan pernak
pernik yang bisa dihasilkan dari olahan bahan dasar botuang. FGD ini
juga dihadiri teknisi dan pengrajin olahan botuang profesional yang
datang dari luar provinsi bahkan dari Jepang. Selain itu FGD ini juga
tampak dihadiri oleh Akademi Bambu Nusantara (ABN) Mukhodas
Syuhada,ST,MT,IAI (Banten) yang merupakan salah seorang peninjau
Payakumbuh Botuang Festival (PBF) 2017.
Puncak kegiatan PBF 2017 ini diisi dengan berbagai penampilan dan
atraksi seni tradisional minangkabau. Seperti penampilan kostum yang
dipakai peragawan dan peragawati yang terbuat dari olahan bambu,
penampilan “Tari Manau Gilo”. Tarian ini menggambarkan kehidupan zaman
dahulu kala yang penuh mistis. Objek wisata Ampangan pun mulai tak
sanggup menampung padatnya pengunjung.
Dalam kesempatan yang sama, Penggagas dan pemerhati kerajinan bambu,
Astuti Masdar sampaikan orasinya. “Botuang mengandung banyak nilai
filosofi, disamping bernilai sejarah bambu runcingnya, bambu juga punya
nilai finansial apabila diolah dengan baik dan benar. Selain itu,
pengrajin bambu juga harus memiliki SDM dan jaringan bisnis yang luas.
Kami berharap pemerintah, pemerhati dan pengamat bambu juga aktif
memberikan semangat kepada pengrajin, “ungkap Astuti Masdar.
Bagi masyarakat yang belum dapat menyaksikan langsung Puncak PBF
Tahun 2017 di Ampangan, masyarakat juga bisa menyaksikan berbagai
pertunjukan di malam harinya. Berbagai grup musisi dan seniman akan
tampil menghibur pengunjung, termasuk grup IPe band milik Gubernur
Sumatera Barat.(A)
Posting Komentar