Payakumbuh,INtegritasmedia.com Integritasmedia.com - Sebagai wujud
keseriusan Pemko Payakumbuh dalam melahirkan 1000 hafidz setiap tahunnya
sekaligus untuk membentengi generasi penerus dari pengaruh perbuatan
maksiat, Pemko Payakumbuh telah memberikan dukungan, pendampingan penuh
serta memfasilitasi program ini agar berjalan maksimal.
Pada dasarnya, jajaran Pemko Payakumbuh telah memulai nyata program ini
sejak tahun 2016 lalu, dibuktikan dengan pemberian reward dan hadiah
umrah bagi para hafidz al quran. Meskipun setungkat slta wewenangnya
sudah beralih ke provinsi, toh program ini masih berjalan optimal di
kota kita.
Dan hari ini keseriusan pengembangan program ini juga kembali kita
buktikan. Sebanyak 300 guru TPQ dan MDTA sengaja kita workshop dan
karantina, guna menjalani kualifikasi kompetensi penguasaan ilmu al
quran. Karena ilmu itu kelak akan mereka tularkan kepada para santri di
lembaga pendidikan keagamaan. Kita akan hasilkan 100 guru berkualitas
yang akan menjalani karantina hafidz selama 3 hari kedepannya di Hotel
Bundo Kanduang dengan narasumber kompeten. Semoga upaya dan usaha kita
diberkati Allah SWT. Dengan pengamalan ilmu al quran kita bisa bentengi
Payakumbuh dari pengaruh dan perilaku penyakit maksiat (pekat).
Ungkapan tersebut disampaikan Walikota Payalumbuh melalui Sekdako H.
Amriul Dt Karayiang saat membuka kegiatan workshop dan karantina hafidz
yang diikuti 300 Guru mengaji di aula SMKN 1 Payakumbuh, Kamis
(22/11/2018) siang. Pembukaan kegiatan tampak dihadiri Kabag Kesra Ul
Fakhri selaku leading sector, Kepala Kankemenag, narasumber dan panitia
pelaksana.
Selaku leading sector kegiatan, Kabag Kesra Ul Fakhri kepada media
menerangkan bahwa workshop dan karantina hafidz guru TPQ dan MDTA ini
merupakan kelanjutan dari Deklarasi Payakumbuh Menolak Pekat. Kabag
kesra meyakini bahwa dengan program ini nantinya akan berdampak
signifikan membentengi generasi muda dari hal itu. Walaupun ada sebagian
guru TPQ dan MDTA yang tidak lulus mengikuti karantina ini, hal itu
tidak mempengaruhi status mereka sebagai penyuluh agama, baik di Kemenag
ataupun di Bagian Kesra sendiri.
Menurut Ul Fakhri, untuk menciptakan seorang hafidz mesti dipandu oleh
orang yang paham dan hafidz juga. Sebelumnya diknas pendidikan telah
merekrut para hafidz yang akan dibina melalui penganggaran di DPA
Diknas. Demi maksimalnya karantina hafidz ini selama 3 hari di Hotel
Bundo Kanduang, Pemko Payakumbuh mendatangkan Jemmi Gumilar dan Tim,
penemu Metode TES “ketika tilawah dan tahfidz menyatu” dari Bandung.
Jemmi Gumilar dan tim sudah dipercaya dan terbukti berhasil dalam
program hafidz melalui metode ini.
“Bentuk kegiatan selama karantina, peserta dibekali teori tentang
menghafal Al quran metode TES, mempraktekkan metode dengan target bisa
hafal 1 juz selama karantina, silabus pengajaran metode yang nantinya
akan diterapkan di TPQ / MDTA masing-masing,” harap Ul Fakhri.
Dari pantauan media di Hotel Bundo Kandung, Sabtu (24/11/2018) siang
tampak narasumber Jemmi Gumilar dan tim giat memberikan pengajaran
hafidz. Para guru TPQ dan MDTA yang lulus karantina tampak sibuk
menghafal al quran. Ada yang menggunakan pola kelompok dan ada pola
personal dan didampingi langsung Jemmi Gumilar dan tim.
Kembali, Kabag Kesra Ul Fakhri dijumpai di lokasi tersebut menyampaikan 3 harapan besar kepada 100 guru mengaji tersebut.
“Menyuburkan kebaikan dan menekan angka keburukan di Kota Payakumbuh.
Pemko Payakumbuh bekerjasama dengan Yayasan Indonesia Khatam dari Kota
Bandung menyelenggarakan workshop metode tahfizh TES karantina terhadap
100 orang peserta terbaik selama 3 hari di Hotel Bundo Kanduang
Payakumbuh 23 hingga 25 November 2018,”Ul Fakhri ulang ucapan yang
pernah disampaikan kepada media beberapa waktu lalu.
Dikatakan Ul Fakhri, hasil dari kegiatan ini diharapkan; 1). Semakin
meningkatkan kompetensi guru TPQ / MDTA termasuk juga peningkatan jumlah
dan kualitas hafalan Qur’annya. Prinsip kami untuk menciptakan murid
yang hafizh Qur’an, maka harus terlebih dahulu menjadikan gurunya hafizh
Al-Qur’an.
2). Menciptakan sebanyak mungkin hafizh Qur’an di Kota Payakumbuh.
Guru TPQ / MDTA yang telah mengikuti pelatihan, bertanggungjawab untuk
menerapkan metode TES terhadap lembaga pendidikannya masing-masing, guna
menjadikan seluruh anak didiknya Hafizh Qur’an, jika dari 100 peserta
karantina rata-rata memiliki 50 orang murid, maka insyaallah kita akan
melahirkan 5.000 orang hafizh Qur’an ditahun depan, jika ditambah dengan
hasil kegiatan yang sama yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
terhadap guru agama sekolah formal, maka angka 10.000 rasanya bukanlah
suatu hal yang mustahil untuk di wujudkan. dan –
3). Setiap peserta nanti secara berkelompok (forum komunikasi) per
kecamatan juga bertanggungjawab terhadap guru TPQ / MDTA lain yang ada
di Kecamatan nya yang belum ikut pelatihan, sehingga seluruh guru TPQ
nantinya memiliki pengetahuan yang sama tentang metode tahfizh ini &
bisa juga diterapkan diseluruh TPQ yang ada di Payakumbuh.
Adapun follow up dari kegiatan ini adalah 1). Peserta akan selalu
dipantau perkembangan dengan melakukan pertemuan secara berkala,
2). Peserta menyetorkan lanjutan hafalan pribadinya,
3). Peserta melaporkan perkembangan penerapan metode TES di TPQ / MDTA
& perkembangan hafalan anak didiknya. dan 4). Program tahsinul
Qur’an untuk perbaikan kualitas bacaan.
“Mohon dukungan dari seluruh pihak guna menjaga semangat, optimistis dan
upaya dalam mewujudkan kebaikan berjamaah ini. Semoga Allah ridho dan
memudahkannya. Aamiin,” pungkas Ul Fakhri. (A)
Posting Komentar