Buktinya, saat pekerjaan pasangan dilakukan, para tukang bekerja malah di dalam air. Karena mereka tidak mengeringkan (menyedot) air got tersebut lebih dahulu. Akibatnya, pasangan tersebut banyak yang bolong-bolong dan rontok.
Bahkan untuk timbunannya, mereka malahan mengunakan batu dan material bekas kerukan (lumpur) yang diambil dari dalam got tersebut. Informasi yang dihimpun dari warga setempat. Jum’at (5/11) kepada integritas mereka mengatakan, “Coba lihat, adukan pasir dan semennya tidak merata dan tidak sesuai takarannya. Bagaimana mau tahan lama, pekerjaannya asal-asalan begitu,” ungkap Yufri salah seorang warga setempat yang juga seorang tukang.
Ditambahkannya, seandainya adukan semennya sesuai dengan aturan, tentu pasangan yang telah selesai itu tidak akan mengelupas, berderai dan memutih berabu seperti ini, terangnya.
Senada dengan itu, salah seorang pekerja mengutarakan, bahwa kegiatan pembangunan drainase ini memang dikejar waktu. "Proyek harus selesai sebelum pertengahan bulan ini (November)," terangnya.
“Jadinya kami kesulitan dan bekerja terburu-buru. Kalau untuk adukan semen, yang namanya proyek yaa... seperi inilah,' tambahnya dengan enteng.
Sementara itu Rio, selaku kontraktor pelaksana pada proyek tersebut membantah semuanya itu. "Kami bekerja pakai mal (cetakan). Jadi tidak benar kami bekerja dalam air," terangnya Rabu (6/11) lewat WhatsApp-nya.
Kalau untuk timbunan kami mengunakan meterial timbunan yang sesuai dengan spesifikasinya. Sedangkan untuk adukan semennya, kami cukup royal karena di sini kawasannya berair. Jadi memerlukan semen yang sedikit lebih dari biasanya agar kekuatan terjamin, akunya mengakhiri. (tim)
Posting Komentar