Epyardi Asda Buka Gebyar Baralek Gadang Aksi Penurunan Sunting di Kabupaten Solok

Arosuka Solok, integritasmedia.com -  BUPATI Solok, Epyardi Asda secara resmi membuka Gebyar Baralek Gadang Aksi Penurunan Sunting di Kabupaten Solok, Sumbar, Senin (13/11/23), di Convention Hall Alahan Panjang.


Hadir langsung, Sekretaris Utama BKKBN RI, Tavip Agus Rayanto, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Edi Setiawan, Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar, Fatmawati, Ketua TPPK Kabupaten Solok, Ny. Emiko Epyardi Asda, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Syahrial, Kepala Dinas DPPKBP3A, Dr. Maryeti Marwazi, Camat Lembah Gumanti, Zulbakti, Forkopincam Kecamatan Lembah Gumanti, Wali Nagari Se-Kecamatan Lembah Gumanti serta masyarakat.


Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan bagi Calon Pengantin (Catin) dan penginputan data catin ke aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (elsimil) dan mempermudah segala urusan bagi catin.


Bupati Solok, Epyardi Asda dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada bapak Tavip Agus Rayanto selaku Sekretaris Utama BKKBN RI di Kabupaten Solok, mudah-mudahan daerah kami ini bisa memanjakan mata dan selera bapak beserta rombongan.


Stunting itu disebabkan oleh faktor ekonomi, maka salah satu pencegahan stunting di Kabupaten Solok beserta Solok Super Tim adalah mengutamakan peningkatan ekonomi masyarakat. Jika ekonomi masyarakat sejahtera maka kemungkinan untuk terjadi stunting sedikit, karna masyarakat bisa langsung mencari apa yang mereka butuhkan karna ekonomi yang memadai.


“Selain itu, Pemkab Solok juga akan menyediakan susu murni dari hasil pengelolaan yang baik untuk seluruh posyandu yang ada di daerah Kabupaten Solok," lanjut Epyardi Asda.


Epyardi Asda mengatakan pada tahun 2023 ini Kabupaten Solok bertekan menjadikan angka stunting turun menjadi 10 persen. Menurut Bupati Epyardi Asda dari 40,1 persen mampu diturunkan menjadi 24,2 persen, maka dari 24,2 persen Kabupaten Solok bertekad akan turunkan menjadi 10.


“Kalau kita bisa menurunkan dari 40,1 menjadi 24,2 persen, kenapa kita tidak bisa turunkan dari 24 menjadi 10 persen. Ini tantangan buat kita semua.” Katanya.


Bupati Epyardi Asda berharap kerja keras dari seluruh stake holder, saling berkaloboratif, sehingga di tahun 2023 harapan angka stunting 10 persen bisa diwujudkan.


Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN Tavip Agus Rayanto optimis penurunan angka prevalensi stunting mencapai 7,6 persen hingga 2024. “Sehingga target penurunan prevalensi tersebut tercapai pada tahun depan sebesar 14 persen,” ungkap Tavip.


Dia mengatakan, Indonesia masih memiliki tantangan besar untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, salah satunya masih tingginya kasus stunting ditengah masyarakat. Indonesia masuk lima besar sebagai negara dengan prevalensi stunting di dunia.


“Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi balita stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen. Angka ini mengalami penurunan 2,8 persen dibandingkan tahun 2021. Namun masih diperlukan upaya percepatan penurunan stunting agar dapat mencapai target 14 persen di tahun 2024″, harapnya.


Dia mengungkapkan, dengan merangkul seluruh unsur BKKBN secara kelembagaan optimis bisa menambah penurunan prevalensi stunting sebesar 7,6 persen, sehingga target pada 2024 tercapai 14 persen.


Sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pola penanganan harus dimulai dari Calon Pengantin (Catin) dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah.


”sebelum menikah Catin harus melalui screening kesehatan terlebih dahulu, serta pendampingan kesehatan reproduksi,” katanya.


Terkait kebijakan tersebut, lanjutnya, cakupan Catin dan Pasangan Usia Subur (PUS) yanng mendapatkan pemeriksaan kesehatan harus mencapai 90 persen. Begitupun, persentase, persentase pasangan Catin yang mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting juga harus mencapai 90 persen.


“Data menunjukkan dari 2 juta pasangan yang menikah setiap tahun, kurang dari hanya 10 persen yang memeriksakan kesehatan sebelum menikah.


“Celakanya” 1,6 juta perempuan baru menikah langsung hamil di tahun pertama. Kondisi itu memiliki risiko terjadinya kasus balita stunting, karena belum mengetahui kondisi kesiapan jasmani,” katanya.


Dia mengatakan untuk mengoptimalkan penanganan stunting dari hulu ke hilir yang mensasar Catin melalui screening kesehatan, BKKBN membangun suatu aplikasi pendampingan yang bernama Aplikasi Elsimil (Elektronik siap Nikah dan Hamil).


Lalu, Pihaknya sangat bangga kepada Kabupaten Solok yang di pimpin oleh orang yang tepat yaitu Bapak Epyardi Asda yang bisa memajukan Kabupaten Solok dalam waktu singkat.


“Kami sangat berharap mudah-mudahan dengan terlihatnya penurunan tingkat stunting di Kabupaten Solok bisa lebih memacu semangat Bupati serta kita semua untuk lebih giat lagi menurunkan Stunting di Indonesia, Sumatera Barat dan Kabupaten Solok Khususnya,” tutupnya.(tmr)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama