Ketua Litbang JMSI Sumatera Barat
DI tengah hingar bingar kontestasi politik, bantuan sosial (bansos) dan Program Keluarga Harapan (PKH) sering menjadi komoditas yang diseret ke dalam kancah persaingan.
Ironisnya, program-program yang seharusnya menjadi alat pemberdayaan bagi masyarakat ini justru dijadikan bahan "gorengan" oleh para buzzer politik. Mereka menyebarkan informasi tanpa data yang jelas, menyisipkan tuduhan tendensius, hingga melontarkan isu yang nyaris mendekati hoaks. Semua ini dilakukan demi mengamankan kepentingan politik praktis kandidat yang mereka dukung. Fenomena ini bukan sekadar pengkhianatan terhadap fakta, tetapi juga upaya merusak tatanan demokrasi dan merendahkan kecerdasan publik.
Buzzer Politik Senjata Manipulatif di Era Digital
Buzzer politik telah menjadi fenomena yang tidak bisa diabaikan dalam dinamika politik modern. Mereka bekerja dengan pola yang sama: menyebarkan narasi tertentu di media sosial dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi publik. Mereka kerap menggunakan taktik manipulasi, termasuk menyebarkan informasi yang menyesatkan, mengaburkan fakta, hingga memelintir realitas. Ini adalah bentuk baru propaganda yang bisa lebih berbahaya karena tersebar begitu cepat dan sulit dikendalikan. Dalam kasus bansos dan PKH, buzzer politik seringkali memainkan isu-isu ini dengan narasi-narasi yang dirancang untuk merusak reputasi lawan politik atau menciptakan ilusi keberhasilan bagi kandidat yang mereka dukung.
Tantangan Terbesar
Bagi masyarakat, tantangan terbesar adalah memilah antara informasi yang benar dan narasi yang sengaja direkayasa. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan atau waktu untuk melakukan verifikasi atas setiap informasi yang diterima, terutama di tengah banjirnya berita di era digital. Kondisi ini dimanfaatkan oleh buzzer untuk menggiring opini publik. Mereka kerap menyasar masyarakat yang rentan dengan informasi-informasi bombastis dan provokatif, sehingga mudah terhasut. Di sinilah pentingnya literasi media dan informasi yang memadai. Masyarakat harus didorong untuk selalu skeptis terhadap informasi yang diterima, terlebih jika informasi tersebut cenderung berisi tuduhan tanpa dasar yang jelas.
Menggugah Kesadaran Politik Bersih dan Jujur
Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada upaya serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat sendiri, untuk membangun kesadaran akan pentingnya politik yang bersih dan jujur. Ini bukan hanya soal memilih pemimpin yang tepat, tetapi juga soal membangun budaya politik yang berlandaskan pada integritas, transparansi, dan tanggung jawab. Masyarakat harus diajak untuk berpikir kritis dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi buzzer yang seringkali lebih mengedepankan kepentingan sesaat ketimbang kebenaran.
Pemerintah dan penyelenggara pemilu juga harus berperan aktif dalam memastikan bahwa informasi yang beredar di ruang publik adalah informasi yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Mekanisme kontrol terhadap konten yang menyebar di media sosial perlu diperkuat. Selain itu, diperlukan tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang terbukti menyebarkan hoaks dan melakukan manipulasi informasi. Langkah ini akan memberikan efek jera dan sekaligus memberikan pesan bahwa manipulasi informasi adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi dalam demokrasi yang sehat.
Arahkan Pilihan ke Politisi Berintegritas
Masyarakat juga harus didorong untuk lebih selektif dalam memilih sumber informasi dan figur publik yang dipercaya. Memilih pemimpin bukan hanya soal karisma atau popularitas, tetapi juga soal rekam jejak dan integritas. Pemimpin yang berintegritas tidak akan menggunakan buzzer atau cara-cara manipulatif untuk meraih dukungan. Mereka akan mengedepankan program dan kebijakan yang berbasis pada data dan fakta, bukan sekadar janji manis atau serangan terhadap lawan politik.
Dalam menghadapi fenomena buzzer politik yang kian marak, masyarakat perlu menyadari bahwa memilih politik yang bersih dan jujur adalah kunci untuk mewujudkan pemerintahan yang berpihak pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan segelintir orang. Dengan membekali diri dengan literasi politik yang baik dan kemampuan berpikir kritis, kita bisa bersama-sama menciptakan lingkungan politik yang sehat, bebas dari manipulasi, dan benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat. Mari kita dukung politik yang mengutamakan kebenaran dan integritas, bukan politik yang penuh dengan tipu daya dan hoaks. Hanya dengan demikian, demokrasi kita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.(***)
Posting Komentar