Dr. Oki Muraza, S.T., M.Sc. Sampaikan Orasi Ilmiah pada Rapat Senat Terbuka PNP

Dr. Oki Muraza, S.T., M.Sc.foto-dok ist)


Padang, integritasmedia.com - MUNGKIN banyak yang belum mengenal Dr. Oki Muraza, S.T., M.Sc. Beliau adalah Senior Vice President Technology Innovation PT Pertamina (Persero). Dia diundang oleh Politeknik Negeri Padang (PNP) untuk menyampaikan orasi ilmiah pada Rapat Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-37 PNP yang berlangsung Sabtu (5/10/24).


Pria asal Lintau, Tanah Datar, Sumatera Barat ini menyampaikan orasi ilmiahnya di hadapan Direktur PNP dan seluruh anggota senat yang hadir serta ribuan undangan dengan tema Masa Depan Energi Indonesia: Tantangan dan Peluang serta Inovasi dan Teknologi.


Dalam orasinya dia menjelaskan tentang Megatrend Global dalam Industri Energi dan dengan Trilema Energi. Ada 3 Top Global Megatrends yang memiliki dampak luas pada industri energi di dunia, yaitu: Perubahan dalam Energy Mix, Persentase campuran energi diproyeksikan akan berubah (bergeser).


Permintaan akan energi dan produk yang ramah lingkungan serta andal, Kondisi Geopolitik, Konflik di beberapa bagian dunia yang menyebabkan volatilitas harga dan perubahan pola pasokan, Perubahan Iklim, Tuntutan untuk pengurangan emisi / dekarbonisasi dari bisnis, serta offset karbon untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE), dan Target NZE Indonesia pada tahun 2060.


Menurutnya lagi, penting untuk menjaga dampak pada tren global terutama terkait dengan rencana transisi energi. Ada 3 elemen penting yang saling terkait dalam transisi energi. Keseimbangan antara elemen-elemen tersebut sangat penting untuk mencapai transisi energi yang berkeadilan. 3 elemen yang menjadi trilema energi tersebut adalah.

Energy Security, Kapasitas negara untuk memenuhi permintaan energi saat ini dan masa depan secara andal. Yang menjadi kunci adalah: ketersediaan/kemandirian energi, keandalan pasokan energi, keberagaman sumber energi.

Energy Equity / Affordability, Kemampuan negara untuk menyediakan akses barang agar terjangkau dan memiliki harga yang wajar. Yang menjadi kunci adalah: keterjangkauan energi, akses energi, kontribusi Perdagangan dan Fiskal.

Sustainability, Aspek keberlanjutan negara mencakup rencana transisi energi yang ramah lingkungan untuk mengurangi perubahan iklim. Yang menjadi kunci adalah: penyelarasan dan target program NZE, intensitas emisi GRK/GRK, dan energi terbarukan dan bisnis karbon rendah.


Dijelaskan juga oleh Beliau bahwa trilema energi memiliki korelasi dengan kondisi makroekonomi suatu negara yang dilihat melalui Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan PDB. Menurut Beliau terjadi tren penurunan selama 12 tahun berturut-turut sejak 2012 hingga kontribusi manufaktur terhadap PDB menjadi 20,39% pada 2023. Namun kontribusi manufaktur Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi manufaktur rata-rata dunia sebesar 16,26%.


Di sinilah sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan PDB. Kebutuhan energi terbesar di Indonesia tahun 2023, didominasi oleh sektor industri sebesar 556.64 MBOE atau ~44% dari total konsumsi energi nasional.


Dalam lanjutan orasinya, dia juga menyampaikan bahwa angka pengangguran di Indonesia Cukup Tinggi maka industri manufaktur dapat menjadi usaha penciptaan lapangan pekerjaan. Terdapat setidaknya dua cara untuk menciptakan lapangan pekerjaan dalam kaitannya dengan industri energi, yaitu Peningkatan Produksi Migas dan Produk Turunannya; dan Produksi Bahan Bakar Hijau. Kedua inisiatif tersebut akan mendorong pertumbuhan industri manufacturing di Indonesia.


Di akhir orasinya, Associate Professor pada King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM) ini menyampaikan bahwa PT Pertamina berusaha melakukan inovasi teknologi sebagai kunci peningkatan industri manufaktur dalam penciptaan lapangan kerja. Inovasi yang dilakukan di antaranya: Peningkatan produksi migas dengan melakukan beberapa inovasi, yaitu: Pertasolven sebagai deposit removal lapangan High Pour-point Oil (HPPO); pentingnya produksi lokal untuk Chemical EOR; potensi EOR di Pertamina Subholding Upstream; dan, memanfaatkan lapangan gas stranded untuk produksi bahan kimia.


Dan, Memaksimalkan pengolahan migas melalui Inovasi Merah Putih dengan melakukan beberapa inovasi, yaitu: pengembangan Catalyst Merah Putih – PT Katalis Sinergi Indonesia; inisiatif produksi Chemicals/Specialty Chemicals Pertamina untuk menurunkan kebutuhan impor Chemicals di Indonesia.


Serta Produksi Bahan Bakar Hijau dengan melakukan beberapa inovasi, yaitu: Used Cooking Oil (UCO) to Sustainable Aviation Fuel (SAF); mengembangkan solusi alternatif untuk produksi Bioetanol dengan beberapa bahan baku yang diharapkan lebih terjangkau, berkelanjutan, dan tidak bersaing dengan pangan.


“Dengan meningkatkan produksi upstream, memaksimalkan potensi midstream dan downstream, serta memproduksi bahan bakar hijau, akan berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan dan kontribusi industri manufaktur ke PDB melalui pengurangan impor,” simpulan orasi ilimiahnya.(humas pnp/hendri)

Post a Comment

أحدث أقدم